kaoasitas 1 s/d 10 Ton/Jam
Mesin Pengolah TBS menjadi CPO
1. PENDAHULUAN
Kelapa sawit merupakan komoditasperkebunan yang telah di usahakan di Indonesia secara komersial sejak 1911, komoditas kelapa sawit mempunyai peran yang cukup besar terhadap perekonomoian nasional maupun daerah terutama dalam hal perolehan devisa penyediaan lapangan kerja dan peninkatan pendapatan . Pada awal perkembangannya, perkebunan sawit hanya di usahakan oleh perkebunan besar swasta dan milik Negara , tetapi sejak awal 80an mulai di kembangkan perkebunan kelapa sawit rakyat (PIR). Saat ini komposisi ke pemilikan perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah 17% perkebunan besar milik Negara, 50% perkebunan besar swasta dan 33% perkebunan rakyat swadaya.
Pengusahaan perkebunan kelapa sawit sebetulnya cukup menguntungkan dibandingkan dengan komoditas lainya. Namun, keadaan perkelapa sawitan Indonesia sering tidak menentu terutama karena harga crude palm oil (CPO) di pasar internasional yang berfluktuasi tajam. Selain itu pada saat produksi puncak, banyak tandan buah segar (TBS) yang tidak dapat di olah karena kapasitas pabrik yang terbatas. Sitasi ini dapat menyebabkan petani kelapa sawit, terutama petani rakyat suwadana dan perkebunan besar sekala kecil dan menengah mengalami kerugian sehingga dapat mengganggu pengembangan perkebunan kelapa sawit secara keseluruhan. Oleh karena itu perlu di cari upaya untuk menaikan nilai tambah kelapa sawit melalui suatu proses yang sederhana, murah serta berwawasan lingkungan sehingga pendapatan petani dapat meningkat.
2. MASALAH PEMASARAN TBS
Dalam agro industri kelapa sawit, buah harus di panen apabila sudah masak dengan toleransi +/-5 hari dari masak optimum dan harus di olah selambat-lambatnya 24 jam setelah panen. Apabila sarat ini tidak di terpenuhi maka kualitas dan kuantitas minyak yang dihasilkan akan turun sehingga perkebunan sangat tergantung pada PKS.
Masalah utama yang dihadapi produsen TBS adalah volume yang dapat di terima oleh PKS tidak konstan sebagai akibat dari fluktuasi produksi TBS dari kebun milik PKS sendiri atau pihak yang mempunyai ikatan kerja dengan PKS. Secara teknis ukuran PKS di tetapkan berdasarkan produksi bulanan maksimum dari konsensi areal baik berupa kebun sendiri maupun kebun lain yang mempunyai ikatan pengolahan dengan PKS. Ukuran PKS yang umum di gunakan adalah kapasitas 20, 30, 60, 90 dan 120 ton TBS/jam. Berdasarkan distribusi produksi bulanan, pada September, Oktober dan Desember , PKS di Sumatra utara misalnya praktis tidak dapat menerima buah di luar konsensi karena produksi buah dari kebun sendiri yang melimpah. Sebaliknya pada bulan Januari – April, PKS sangat membutuhkan buah dari luar konsensi karena buah dari dalamkonsensi hanya mampu memasok kurang dari 70% kapasitas. Pada Mei-Juli, PKS juga memerlukan buah dari luar konsensi meskipun tidak mendesak seperti pada Januari-April.
Perkebunan Rakyat eks-proyek PIR, mempunyai ikatan dengan PKS sebagai inti sedangkan perkebunan rakyat swadana, UPBSK (Usaha Perkebunan Besar Sekala Kecil) dan UPBSM (Usaha Perkebunan Besar Sekala Menengah) umumnya tidak, sehingga tidak ada kewajiban PKS untuk menampung produksi mereka. Oleh sebab itu posisi tawar menawar (bargaining position) dari petani swadana, UPBSK dan UPBSM menjadi sangat lemah pada bulan Agustus-Desember. Dalam bulan bulan tersebut, mereka akan sulit dan bahkan mungkin tidak dapat menjual TBS nya. Dalam keadaan demikian harga TBS di pasar akan lebih rendah dari semestinya.
3. PABRIK KELAPA SAWIT MINI
Berbagai permasalahan diatas telah mendorong digunakanya teknologi tepat guna yang terpadu yang khusus dirancang untuk petani kelapa sawit atau kelompok tani dengan total luas area kebun 200-300ha. Teknologi terpadu yang di kembangkan mempunyai cirri:
- Sederhana
- Murah
- Bernilai tambah
- Berwawasan lingkungan
Dengan memperhtikan keadaan tersebut, perlu di upayakan peningkatan pendapatan petani kelapa sawit, UPBSK dan UPBSM. Salah satu alternatifnya adalah dengan melakukan pengolahan TBS sendiri. Dengan Cara demikian petani kecil swadana, UPBSK dan UPBSM tidak terlalu bergantung pada PKS besar Sehingga nilai tambahnya dapat di nikmati.
PKS mini hanya memerlukn tenaga kerja 6 orng/shift termasuk pengawas dan tenaga teknik, memanfaatkan cangkang, seratmesokarp dan tandan kosong sebagai bahan baker, sangat mudah di oprasikan dan hanya memerlukan lahan seluas +/-2.500 m2 dengan bangunan sederhana seluas 250 m2 . Rancangan PKS mini cukup sederhana sehingga pemeliharaanya mudah dan dapat di lakukan oleh teknisi dengan kualifikasi STM.
a. Deskripsi PKS mini
PKS mini terdiri dari 19 unit peralatan pengolahan yaitu:
- Satu unit boiler kapasitas 600 kg uap/jam.
- satu unit sterilizer kapasitas 1 ton tandan buah segar (TBS) per jam.
- Satu unit mesin penebah /threser.
- Satu unit Fruit elevator.
- Satu unit digester.
- satu unit screw press mini kapasitas 1 ton TBS/jam.
- Satu unit sand trap.
- Satu unit Vibrating Screen.
- Satu unit crude oil tank c/w pump.
- Satu unit tangki klarifikasi.
- Satu unit tangki penampung minyak kapasitas 25 ton CPO.
- Satu unit cake breaker confeyor.
- Satu unit fiber separator.
- Satu unit nut confeyor c/w nut bin.
- Satu unit ripple mill kapasitas 500 kg biji/jam
- Satu unit genset 80 KVA
- Satu paket instalasi listrik.
- Satu paket piping dan valves.
- Satu paket pemasangan, uji coba dan training.
b. Mutu CPO
Minyak sawit yang di hasilkan mempunyai mutu sesuai standar perdagangan Indonesia, yaitu asam lemak bebas (ALB) < 2,5 %, kadar air dan kotorn < 0,4 %, serta rendemen 20 %.
4. HAL-HAL YANG PERLU DI PERHATIKAN
a. Kualitas bahan baku.
Pada kajian financial di asumsikan bahwa rendemen minyak yang akan di peroleh adalah 20%. Rendemen sebesar 20% atau lebih hanya dapat di capai apabila kualitas buah sawit yang di olah adalah cukup baik dan berasal dari industri kelapa sawit Indonesia mempunyai peluang yang sangat baik dan berasal dari buah tenera (DxP). Pada beberapa perkebunan sawit rakyat, kadang-kadang terjadi kontaminasi dengan buah jenis Dura atau Pisifera kibat dari penanaman dengan benih yang di ragukan keaslianya. Konsekuensinya, rendemen minyak tidak akan dapat mencapai 20% sehingga secara financial tidak akan layak. Berbeda dengan PKS konvensional, pengaruh buah non Tenera pada PKS mini sangat besar terhadap rendemen karena buah yang diolah hanya 20 ton/hari.
b. Lokasi PKS mini
PKS mini dirancang untuk daerah “remote”, yaitu daerh yang jauh dari PKS konvensional sehingga ongkos angkut TBS ke PKS konvensional bias di pangkas. Untuk kebun rakyat yang lokasinya dekat PKS konvensional serta tidak ada masalah dengan pemasaran TBS, pendirian PKS mini tidak di sarankan. Demikian juga untuk Kebun PIR yang masih mempunyai ikatan kontrak dengan kebun inti.
c. Aspek perijinan
Ijin Untuk pendirian kebun dan PKS telah di atur dalam SK Menteri pertanian No 357 tahun 2002. Pada SK tersebut disebutkan bahwa semua usaha perkebunan harus menjalin mitra dengan rakyat dalam berbagai bentuk kemitraan yang saling menguntungkan. Untuk PKS mini, SK tersebut juga berlaku sehingga diharapkan tidak akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dengan keberadaan PKS mini.
d. Pemeliharaan PKS
PKS mini dirancang dengan konsep kesederhanaan dalam pemeliharaanya sehingga diharapkan pemeliharaan PKS dapat dilakukan oleh tenaga dengan kualifikasi setingkat dengan STM. Keberadaan PKS mini juga diharapkan dapat merangsang perkembangan bengkel lokal untuk pemeliharaan PKS.
e. Aspek pemasaran CPO
Pemasaran CPO serta produk-produk olahanya adalah kunci dari kesuksesan PKS mini. Pengelolaan PKS mini harus menjalin kerjasama dengan pembeli atau pemakai langsung sehingga pemasaran CPO hasil produksi PKS mini terjamin. Hal ini sangat penting karena PKS mini hanya memiliki tangki CPO yang dapat menampung produksi untuk 5 hari, sehingga jadwal pengiriman CPO harus terencana dengan matang.
5. KESIMPULAN
Industri kelapa sawit Indonesia mempunyai peluang yang sangat baik untuk berkembang. Tehnologi industri kelapa sawit mini yang ramah lingkungan, sederhana dan mudah di oprasikan, merupakan jawaban dalam upaya meningkatkan kesejahtraan petani.
Posting Komentar