Menghadapi krisis energi yang dihadapi bangsa, pemerintah daerah diimbau membuat peta potensi berbagai energi alternatif yang ada di wilayah masing-masing, khususnya potensi energi terbarukan.
"Pemerintah daerah perlu memetakan energi terbarukan sehingga pengembangan energi alternatif bisa segera dilakukan sesuai dengan potensi setiap wilayah," kata anggota staf pengembangan program Pusat Studi Energi Universitas Gadjah Mada, Rita Kristiyani, kepada wartawan, Jumat (30/5) di Gedung Rektorat UGM, Yogyakarta.
Rita mencontohkan, potensi air untuk dikembangkan menjadi pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTM) masih sangat besar di berbagai wilayah di Indonesia. Potensi air cukup mudah ditemukan di daerah yang topografinya berbukit-bukit. Selain untuk listrik, pengembangan PLTM juga bermanfaat dalam menjaga kelestarian lingkungan, yaitu hutan, tanah, dan air. Karena itu, pemerintah daerah perlu lebih serius mengembangkan potensi tenaga mikrohidro ini.
Berdasarkan data sekunder dan analisis hidrologi yang tepat, pembuatan PLTM bisa dirancang dengan baik. Dengan bantuan pemetaan potensi energi alternatif, perancangan PLTM maupun sumber-sumber energi alternatif lain bisa segera ditindaklanjuti.
Untuk menghemat energi, Ketua Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Tumiran juga mengusulkan agar masyarakat ekonomi mampu memasang sel surya atau pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) skala rumah tangga di rumah masing-masing. Dengan menggunakan PLTS, keluarga mampu diharapkan tidak lagi menggunakan listrik dari PLN.
"Penghematan bisa mencapai Rp 10 triliun per tahun. Industri baterai berkembang, lapangan kerja akan terbuka," kata Tumiran.
Sumber : Kompas
Diperlukan Peta Potensi Energi Alternatif
Written By ThoLe on Selasa, 24 Agustus 2010 | 01.36
Label:
Energi,
energi alternatif
Posting Komentar