Home » , , , » Sekam Padi Menjadi Bahan Bakar Alternatif Melalui Proses Pirolisis Lambat

Sekam Padi Menjadi Bahan Bakar Alternatif Melalui Proses Pirolisis Lambat

Written By ThoLe on Sabtu, 14 Agustus 2010 | 15.08

Jumlah sekam padi ini sangat melimpah dan sampai sekarang hanya sejumlah kecil saja yang dimanfaatkan untuk pembakaran dan pembuatan batubata. Aktivitas lain pemanfaatan sekam padi adalah untuk membuat arang sekam untuk media tanaman. Bagaimanapun juga aktivitas untuk memproses sekam padi menjadi bahan bakar alternatif melalui proses pirolisis lambat masih sangat terbatas dilakukan di Indonesia.
Menurut (Gaur & Reed, 1998) dari analisis ultimate dan analisis proximate pada sekam padi terlihat bahwa sebagian besar sekam padi terdiri dari volatil. Dengan kadar volatil yang tinggi diharapkan dapat diperoleh gas dan cairan dari proses pirolisis dalam jumlah yang banyak. Kadar karbon dan kadar oksigen dalam sekam padi juga hampir  berimbang sekitar 35-38%. Ini menunjukkan bahwa dalam minyak pirolisis nantinya akan mempunyai kadar oksigen dalam jumlah yang banyak. Kandungan belerang dalam sekam padi adalah nol. Akibatnya hasil pembakaran dari minyak pirolisis sekam padi akan lebih ramah lingkungan dibandingkan hasil pembakaran batubara. Zat silika yang terdapat dalam sekam padi mencapai 16,98% (Hambali, 2007). Nilai kalor dari sekam padi adalah sekitar 14,8 MJ/kg dan sedikit dibawah nilai kalor kayu (~ 17-20 MJ/kg).
Dengan menggunakan pirolisis, bahan bakar padat dapat diolah menjadi gas, cairan dan padatan. Teknologi pirolisis yang sederhana adalah pirolisis lambat. Sifat-sifat minyak pirolisis (bio oil) dari biomasa sangat bergantung pada jenis biomasa dan parameter operasi seperti temperature reaksi dan waktu tinggal biomasa dalam reaktor. Pemanfaatan secara konvensional dari bio oil adalah sebagai bahan bakar untuk kompor minyak skala rumah tangga. Namun demikian, sebelum minyak tersebut dapat digunakan perlu dilakukan penelitian mengenai sifat-sifatnya. Diantara sifat-sifat utama dari bahan bakar adalah viskositas, nilai kalor, stabilitas, dan komposisi bahan penyusunnya. Selain itu, unjuk kerja dari kompor minyak skala rumah tangga dengan menggunakan minyak pirolisis juga perlu diteliti.
Walaupun dengan pirolisis cepat dihasilkan cairan yang lebih banyak, tetapi proses ini jauh lebih rumit dan sangat beresiko dibandingkan proses pirolisis lambat. Dengan proses pirolisis lambat hanya dihasilkan cairan sekitar 30%, tetapi 35% gas yang dihasilkan dapat dibakar langsung untuk menyediakan panas yang diperlukan pada proses pirolisis (Suyitno,2008).
Dengan mengkombinasikan data eksperimen dan pemodelan, beberapa mekanisme reaksi pirolisis telah dikembangkan oleh beberapa peneliti. Mekanisme utama adalah konversi biomasa menjadi gas, cairan (tar) dan char (lihat Gambar 2). Berbeda dengan gas, cairan (tar) adalah gas yang dapat dikondensasi. Peneliti lain mengusulkan reaksi tar sekunder (secondary tar reaction) yang terjadi pada temperatur yang tinggi. Pada proses terakhir ini, tar terdekomposisi menjadi gas dan bentuk lain tar.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Xteknologi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger